Beberapa tahun terakhir, mendaki gunung jadi salah satu aktivitas favorit anak muda, terutama Gen Z. Banyak yang mendaki karena cinta alam, tapi tak sedikit juga yang terdorong oleh FOMO (Fear of Missing Out), takut ketinggalan tren yang lagi viral. Media sosial penuh dengan foto-foto puncak gunung, tenda berjejer di padang sabana, hingga sunrise di atas awan. Pertanyaannya: apakah semua ini murni soal petualangan, atau sekadar cara biar terlihat keren?
Sisi Gelap FOMO di Gunung
Meski mendaki punya banyak manfaat, fenomena FOMO ini ternyata juga membawa dampak negatif, terutama buat pendaki pemula yang kurang persiapan.
- Kurang Persiapan Fisik dan Pengetahuan
Banyak yang nekat mendaki tanpa tahu jalur, cuaca, atau perlengkapan yang tepat. Akibatnya, risiko tersesat, kelelahan akut, atau hipotermia jadi lebih besar. Data bahkan menunjukkan sudah ratusan pendaki tewas dalam dekade terakhir akibat cuaca ekstrem dan minimnya persiapan. - Demi Konten, Nyawa Taruhan
Ada yang mendaki cuma untuk foto atau video keren, bahkan dengan perlengkapan seadanya seperti sepatu sneakers, tanpa jaket, tanpa P3K. Padahal, gunung bukan studio foto. - Kerusakan Lingkungan
Sampah plastik, jalur yang rusak, dan etika mendaki yang diabaikan membuat ekosistem gunung terganggu. Destinasi populer seperti Rinjani sering jadi korban.
Cara Mendaki dengan Bijak
Supaya tren mendaki tetap positif, ada beberapa hal sederhana yang bisa dilakukan:
- Siapkan Fisik dan Mental
Latihan jogging, olahraga rutin, dan riset jalur gunung yang akan didaki bisa menyelamatkanmu dari banyak risiko. - Pahami Etika Mendaki
Gunung bukan tempat untuk buang sampah atau bikin keributan. Ikuti jalur resmi, jaga kebersihan, dan hormati aturan taman nasional. - Bawa Perlengkapan yang Tepat
Sepatu gunung, jaket tahan air, dan kotak P3K adalah kebutuhan dasarâbukan pilihan. Jangan hanya modal outfit kece buat foto. - Gabung dengan Komunitas Pendaki
Selain menambah teman, komunitas bisa jadi sumber ilmu berharga. Banyak yang rutin bikin pelatihan atau edukasi khusus pendaki baru. - Nikmati Proses, Bukan Hanya Konten
Foto memang seru, tapi jangan biarkan kamera jadi tujuan utama. Rasakan udara segar, keheningan hutan, dan kebersamaan dengan tim. Itulah esensi mendaki.
FOMO mendaki gunung menggambarkan bagaimana media sosial membentuk gaya hidup anak muda. Tak ada salahnya ikut tren, asal bukan sekadar ikut-ikutan. Dengan persiapan matang, etika yang benar, dan fokus pada pengalaman, mendaki bisa jadi kegiatan yang menyehatkan sekaligus bermakna.Sebelum kamu berangkat ke gunung berikutnya, coba tanya ke diri sendiri: apakah aku mendaki karena benar-benar ingin merasakan petualangan, atau cuma takut ketinggalan tren?(PMA)