Di puncak Pegunungan Jayawijaya, ada satu “tamu” yang sering hadir tanpa undangan: kabut Carstensz. Ia datang tiba-tiba, tanpa aba-aba, melayang pelan namun pasti, lalu menyelimuti seluruh panorama. Dalam sekejap, tebing-tebing curam dan salju abadi yang tadi tampak jelas bisa lenyap di balik putihnya tirai.
Bagi pendaki, kabut ini bukan sekadar fenomena alam — ia adalah bagian dari cerita perjalanan. Ada kalanya ia menjadi tantangan, sebab pandangan mendadak terbatas dan langkah harus lebih berhati-hati. Namun di sisi lain, kabut menghadirkan keindahan yang sulit dilukiskan. Lapisan putih yang bergulung-gulung di antara jurang dan punggung gunung menjadikan Carstensz tampak seperti dunia lain, penuh misteri dan ketenangan.
Momen ketika kabut tipis mulai bergerak, kemudian perlahan membuka celah yang menyingkap puncak salju atau dinding batu yang megah, adalah pemandangan yang selalu memukau. Seolah alam sedang memainkan tirai teaternya, memperlihatkan panggung keindahan Papua secara perlahan.Bagi mereka yang beruntung menyaksikannya, kabut Carstensz mengajarkan satu hal: bahwa setiap perjalanan menyimpan kejutan, dan keindahan sering datang setelah kesabaran. Maka, saat kabut turun di ketinggian 4.000 meter lebih, nikmatilah kehadirannya. Di situlah gunung memberi kita kesempatan untuk berhenti sejenak, menarik napas, dan mengagumi keagungan yang tersembunyi di balik awan.(PMA)